Dunia Anak Farmasi
Kamis, 10 April 2014
Sabtu, 11 Januari 2014
Kamis, 17 Januari 2013
Kamis, 21 Juni 2012
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Akademi
Farmasi Putra Indonesia
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Mei
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit
jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih
menjadi masalah kesehatan terutama di Negara maju.Penyakit Jantung
Koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh
darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh
darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan
plaques) pada dinding-dindingnya..
Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit jantung koroner, sehingga upayapencegahan harus bersifat
multifaktorial. Pencegahan harus diusahakansedapat mungkin dengan cara mengendalikan
faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner danmerupakan hal yang cukup
penting pada penanganan penyakit jantung koroner. Oleh sebab itumengenal
faktor-faktor resiko sangat penting dalam usaha pencegahan penyakit jantung
koroner, baik pencegahan primer maupun sekunder.
Pencegahan primer lebih ditujukan
padamereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan
pencegahansekunder merupakan suatu upaya untuk mencegah memburuknya penyakit
yangsecara klinis telah diderita. Mengenal Faktor resiko penyakit jantung
koroner sangat penting dalam usaha pencegahannya, karena merupakan salah satu
usaha yang cukup besar peranannya dalam penanganan penyakit jantung koroner
untuk menurunkan resiko dan kematian akibat penyakit jantung koroner yaitu
dengan caramengendalikan faktor resiko penyakit jantung koroner.
Namun, apabila sudah terkena penyakit
jantung koroner, maka tindakan yang dapat dilakukan yaitu menghubungi tim medis
dan melakukan pengobatan. Terdapat beberapa pengujian yang dilakukan oleh tim
medis dalam penyembuhan penyakit jantung koroner. Selain itu, umumnya penderita
akan dianjurkan mengonsumsi satu atau lebih jenis obat-obatan.
1.2
Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini
bertujuan untuk :
1.
Mengetahui
apa yang dimaksud dengan Penyakit jantung koroner
2.
Mengetahui
patofisiologi penyakit jantung koroner.
3.
Mengetahui
faktor-faktor terjadinya penyakit jantung koroner.
4.
Mengetahui
carapencegahan penyakit jantung koroner.
5.
Mengatahui
beberapa obat dan cara kerja obat untuk penyakit jantung koroner.
1.3
Manfaat
1.
Memahami
tentang penyakit jantung koroner
2.
Memahami
patofisiologi penyakit jantung koroner.
3.
Memahami
faktor-foktor terjadinya penyakit jantung koroner.
4.
Memahami
cara pencegahan penyakit jantung koroner.
5.
Memahami
beberapa obat dan cara kerja obat untuk penyakit jantung koroner.
BAB II
PENYAKIT JANTUNG KORONER
2.1 Definisi
Pembuluh darah koroner
merupakan penyalur aliran darah (membawa oksigen dan makanan yang dibutuhkan
miokard agar dapat berfusi dengan baik.Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit
yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan penyumbatan di pembuluh arteri
koroner.Hal ini disebabkan oleh penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida)
di dinding pembuluh nadi bagian paling bawah (endotelium).
Setelah
lemak menumpuk, aliran darah akan tersumbat dan tak mampu menuju jantung
sehingga mengganggu kerja jantung dalam memompa darah. Efek yang paling
dirasakan adalah hilangnya pasokan oksigen dan nutrisi menuju jantung karena
aliran darah ke jantung berkurang.
Faktor-faktor
resiko untuk terjadinya keadaan ini adalah merokok, tekanan darah tinggi,
peninggian nilai kolesterol didarah, kegemukan, stress, diabetes mellitus dan
riwayat keluarga yang kuat untuk penyakit Jantung Koroner. Dengan bertambahnya
umur penyakit ini akan lebih sering ada. Pria mempunyai resiko lebih tinggi
dari pada wanita, tetapi perbedaan ini dengan meningkatnya umur akan makin lama
makin kecil.
Pada
tahun 1772 Herbeden menemukan suatu sindroma gangguan pada dada berupa perayaan
nyeri terlebih-lebih waktu berjalan, mendaki atau segera sesudah makan.
Sebenarnya perasaan nyeri seperti ini tidak saja disebabkan oleh kelainan organ
didalam toraks, akan tetapi dapat juga berasal dari otot, syaraf, tulang dan
faktor psikis. Dalam kaitannya dengan jantung sindroma ini disebut Angina
Pectoris,yang disebabkan oleh karena ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokard dengan penyediaannya.
2.2
Jenis-jenis
a.
Angina stabil : penciutan arteri jantung
atau juga akibat kejang yang terjadi selama atau sesudah mengeluarkan tenaga atau emosi.
b.
Angina instabil : angina stabil yang
mendadak akan sangat memperburuk,dapat timbul pada pengeluaran tenaga lebih
kecil atau sewaktu istirahat.
c.
Angina variant atau angina prinzmetal :
kejang sementara arteri jantung, serangan nyeri timbul spontan dalam keadaan
istirahat dan kebanyakan di malam hari
2.2 Patofisiologi
Lapisan endotel pembuluh darah
koroner yang normal akan mengalami kerusakan oleh adanya faktor resiko antara
lain: faktor hemodinamik seperti hipertensi, zat-zat vasokonstriktor, mediator
dari sel darah, asap rokok, diabetes, oxidasi dari LDL-C, dan lain-lain.
Kerusakan ini menyebabkan sel
endotel menghasilkan cell adhesion molecule seperti sitokin, tumor nekrosis
faktor alfa, ketokin dan lain-lain.Sel inflamasi seperti monosit, dan
T-limfosit masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari endothelium ke sub
endotel.Monosit kemudian berdiferensemenjadi makrofag dan
mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih antherogenik dibanding LDL.Makrog
ini kemudian membentuk sel busa.
LDL
teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respon
inflamasi.Sebagai tambahan, terjadi respon dari angiotensin II, yang
menyebabkan gangguan vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik dengan
melibatkan platelet dan faktor koagulasi.
Akibat
kerusakan endotel terjadi respons protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan
fibrous, plak atherosklerosik, yang dipicu oleh inflamasi.plak yang terjadi
dapat menjadi tidak stabil dan mengalami ruktur sehingga terjadi sindroma
koroner akut.
2.3 Etiologi
Penyakit
jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit jantung
koroner adalah ketidakseimbangan antara demand dan suplay atau kebutuhan dan
penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau
penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya
adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi
yang meninggi, tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa factor
yang dapat meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang
mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat,
yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit saluran
sehingga meningkatkan tekanan dan sebagainya.
2.4
Penyebab
Penyakit jantung yang
diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini disebut penyakit jantung
koroner.Penyempitan dan penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.Dalam kondisi lebih parah
kemampuan jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak system
golongan irama jantung dan berakibat dengan kematian.
Salah
satu penyebab penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makanmakanan berlemak
tinggi terutama emak jenuh. Agar lemak
mudahmasuk dalam peredarah darah dan diserap tubuh maka lemak harus diubah oleh
enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan di hati dan
metabolisme menjadi kolesterol pembentuk asam empedu yang berfungsi sebagai
pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam darah.
Penumpukan tersebut dapat menyebabkan(artherosklerosis) atau penebalan pada
pembuluh nadi koroner (arteri koronoria).Kondisi ini menyebabkan kelenturan
pembuluh nadi menjadi berkurang, serangan jantung koroner akan lebih mudah
terjadi ketika pembuluh nadi mengalami penyumbatan ketika itu pula darah yang
membawa oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti.
2.5Gejala
Gejala-gejala penyakit
jantung koroner, diantaranya adalah :
- Dada terasa sakit dan menekan
- Kelelahan atau kepenatan
- Palpitasi (jantung berdebar-debar)
- Pusing kepala yang berkepanjangan
- Merasa sekujur tubuhnya terbakar tanpa sebab yang jelas
- Terjadi keluhan di sekitar tulang dada dan leher
- Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual.
- Tapi kebanyakan orang yang menderita penyakit jantung koroner tidak mengalami beberapa gejala di atas. Tiba-tiba saja jantung si penderita bermasalah dan dalam kondisi yang kronis.
2.6 Faktor Resiko
Faktor resiko diartikan
sebagai karakteristik yang berkaitan dengan kejadian suatu penyakit di atas
rata-rata.Faktor resiko mempunyai resiko penyakit jantung koroner dalam dua
kelompok, yaitu faktor resiko primer dan sekunder.
a.
Faktor resiko primer
1.
Merokok (1 pak atau lebih dalam sehari)
2.
Hipertensi (diastolik > 90 mmHg ;
siastolik > 150 mmHg)
3.
Peningkatan kolesterol plasma (> 240
– 250 mg/dl)
b.
Faktor resiko sekunder
1.
Peningkatan trigliserida plasma
2.
Obesitas
3.
Diabetes mellitus
4.
Stres kronik
5.
Stres kronik
6. Vasektomi
7. Kurang
aktifitas fisik
8.
Keturunan
c. Hubungan
kejadian dengan konsumsi makanan tertentu
1. Korelasi
positif yaitu : Protein hewani, Kolesterol tinggi, Daging,Lemak total,
Telur,Gula, Kalori total,Lemak hewani
2. Korelasi
negatif yaitu : Serat, Protein nabati
Resiko-resiko
tersebut saling menguatkan, orang yang memiliki tiga faktor resiko memiliki
peluang terserang penyakit jantung enam kali lebih besar dibandingkan dengan
orang yang hanya memiliki satu faktor resiko.Sedangkan resiko seperti genetik,
umur dan jenis kalamin susah dikendalikan.
d. Asupan
zat gizi
1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Kolesterol
5. Trigliserida
6. Vitamin
A
7. Vitamin
C
8. Calsium
2.7
Pencegahan
Motto
kuno berbunyi“ Mencegah lebih baik dari pada mengobati”. Ini berlaku pada
siapapun, terlebih pada orang yang mempunyai faktor resiko yang tinggi.Salah
satunya adalah pada penyakit jantung koroner.
Spektrum penyakit jantung koroner
secara umum dibagi menjadi 2 yaitu stabil dan tidak stabil. Pada spectrum
stabil, gejala akan muncul ketika terjadi peningkatan aktivitas. Pencegahannya
dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup seperti berhenti merokok dan rajin
berolahraga.
Sementara itu, pada penderita
penyakit jantung koroner spectrum tidak stabil, nyeri dada bisa terjadi bahkan
saat penderita sedang beristirahat.Nyeri dada ini berlangsung selama 15 menit
dan terus terasa walaupun sudah diberi obat.
Untuk menangani orang yang terkena
serangan jantung adalah segera menghentikan aktivitas, kemudian dibaringkan,
ditenangkan, dan pakaiannya dilonggarkan.Bawa segera ke rumah sakit agar dapat
pertolongan berupa pembukaan kembali sumbatan arteri koroner yang terjadi (reperufsi).
Semakin dini penanganannya, akan semakin banyak otot jantung yang diselamatkan.
Dua
strategi utama dalam pencegahan PJK yaitu:
A. Pendekatan
populasi atau kesehatan masyarakat.
Pendekatan
ini melibatkan seluruh populasi dan berusaha untukmengubah seluruh faktor resiko
dari populasi tersebut melalui gaya hidupyang sesuai dan sehat seperti:
1.
Menghilangkan kebiasaan merokok.
2.
Mendiagnosis dan mengontrol hipertensi.
3.
Mendiagnosis dan mengontrol hiperbetalipoproteinemia.
4.
Mendiagnosa dan mengontrol diabetes mellitus.
5.
Pemeliharaan berat badan ideal.
6.
Melakukan aktivitas fisik yang teratur.
7.
Penambahan masukan serat biji-bijian, buah-buahan dan
sayur-sayuran
dalam diet.
8.
Pengurangan masukan energi diet yang berasal dari lemak, lemak jenuh, garam,
dan sukrosa.
Komponen utama dari
pencegahan PJK adalah menurunkan kadarrata-ratakolesterol melalui perbaikan
yang progresif dalam pola makananpada populasi.Untuk anak-anak berusia ≤ 2
tahun tidak dianjurkan mengurangi lemakdan kolestrol dalam makanan oleh karena
berlangsung proses tumbuhkembang yang cepat.Untuk anak-anak yang berusia lebih
dari 2tahun dianjurkan untuk mengikuti pola makan seperti berikut:
1. Gizi yang harus
dicapai dengan memakan makanan yangbervariasi.
2.
Kalori yang adekuat harus tersedia untuk pertumbuhan danperkembangan yang
normal.
3. Masukan lemak total
tidak melebihi 30% dari total kalori makanan.
4. Asam lemak jenuh
kurang dari 10% terhadap total kalori makanan
5.
Masukan kolesterol harus kurang dari 300 mg, per hari
B. Pendekatan
individual (anak beresiko tinggi).
Pendekatan ini
ditujukan pada individu-individu dengan resiko tinggi dandengan sasaran
perubahan-perubahan tingkah laku khusus pada setiapindividu untuk menurunkan
PJK.Anak dan remaja dengan resiko tinggi adalah:
1.
Yang mempunyai orang tua dengan riwayat infark miokard, kematiankoroner
tiba-tiba, kecelakaan cerebrovaskuler sebelum usia 50 tahunpada laki-laki atau
sebelum usia 60 tahun pada wanita.
2.
Keluarga dengan hipertensi atau kadar lipid atau lipoprotein abnormalyang
ekstrim (hiperlipidemia dan hiperbetalipoproteinemia familial).
3.
Anak-anak yang dideteksi dengan kadar faktor resiko PJK yang tinggitetapi tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan PJK prematur.
Uji saring yang
dilakukan pada anak-anak dengan resiko tinggi dan yangmendapat perhatian utama
adalah pemeriksaan kadar kolesterol darah dantekanan darah.American Academy of
Pediatrics (AAP) telah merekomendasikan agarpada anak berumur lebih dari 2
tahun yang termasuk pada golonganresiko tinggi dilakukan uji saring kadar
kolesterol. Protokol uji saringtersebut bervariasi berdasarkan alasan untuk
pemeriksaan.
Untuk anakyang
mempunyai salah satu orang tuanya dengan kadar kolesterol lebihtinggi dari pada
240 mg/dl, pemeriksaan awal adalah pengukuran kadarkolesterol total. Jika kadar
kolesterol total masih dalam batas normal 170mg/100 ml, pengukuran kolesterol
diulang dalam 5 tahun. Jika kadarkolesterol total borderline (170-199 mg/100
ml), dilakukan pemeriksaankedua dan dirata-ratakan dengan hasil pemeriksaan pertama.
Bilarata-ratanya adalah borderline atau tinggi, maka dilakukan
analisalipoprotein puasa. Jika kadar kolesterol tinggi (> 200 mg/100 ml),
analisalipoprotein puasa harus dilakukan.
Untuk anak yang
mempunyai riwayat keluarga PJK prematur,pemeriksaan awal yang harus dilakukan
adalah analisa lipoprotein yangmembutuhkan puasa 12 jam untuk memperoleh kadar
trigliserid yangakurat, yang perlu untuk perhitungan kadar kolesterol LDL.
2.8 Diagnosis dan Terapi
Langkah
pertama dalam pengelolaan penyakit jantung koroner ialah penetapan diagnosis
pasti. Diagnosis yang tepat amat penting, karena bila diagnosis penyakit
jantung koroner telah dibuat di dalamnya terkandung pengertian bahwa
penderitanya mempunyai kemungkinan akan dapat mengalami infrak jantung atau
kematian mendadak. Diagnosis yang salah selalu mempunyai konsekuensi buruk terhadap kualitas hidup
penderita. Pada orang-orang muda, pembatasan kegiatan jasmani yang tidak pada
tempatnya mungkin akan dinasehatkan. Selain itu kesempatan mereka untuk mendapat
pekerjaan mungkin akan berkurang.
Bila
hal ini terjadi pada orang tua, maka mereka mungkin harus mengalami pensiun
yang terlalu dini, harus berulang kali dirawat di rumah sakit secara berlebihan
atau harus makan obat-obatan yang potensial toksin untuk jangka waktu lama. Di
lain pihak, konsekuansi fatal dapat terjadi bila adanya penyakit jantung
koroner tidak diketahui atau bila adanya penyakit-penyakit jantung lain yang
menyebabkan angina pektoris terlewat dan tidak terditeksi.
Cara
diagnostik penyakit jantung koroner yang terpenting, baik yang saat ini ada
atau yang dimasa yang akan datang potensial akan mempunyai peranan besar.
Dokter harus memilih pemeriksaan apa saja yang perlu terhadap penderita untuk
mencapai ketepatan diagnostik yang maksimal dengan resiko dan biaya yang
seminimal mungkin. Beberapa yang dilakukan dokter adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan
fisik
3. Laboraturium
4. Foto
dada
5. Pemeriksaan
jantung non-invasif
a. EKG
istirahat
b. Uji
latihan jasmani (treadmill)
c. Uji
latihan jasmani dan kombinasi pencitraan:
-
Uji latihan jasmani ekokardiografi
(stress eko)
-
Uji latihan jasmani scintigrafi perfusi
miokard
-
Uji latihan jasmani farmakologik
kombinasi tektik Imaging
d. Ekokardiografi
istirahat
e. Monitoring
EKG ambulatoar
f. Teknik
non-invasif penentuan klasifikasi koroner dan atonomi koroner :
-
Computed
Tomography
-
Magnetic
Resonanse Arteriography
6. Pemeriksaan
invasif menentukan atonomi koroner :
b. Arteriografi
koroner
c. Ultrasound
intre vaskular (IVUS)
Setiap
pasien dengan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis yang teliti, penentuan
faktor resiko, pemeriksaan jasmani dan EKG.Pada pasien dengan gejala angina
pektoris ringan, cukup dilakukan pemeriksaan non-invasif.Bila pasien dengan
keluhan yang berat dan kemungkinan diperlukan tindakan revaskularisasi, maka tindakan
angiografi sudah merupakan indikasi.
Pada keadaan yang meragukan dapat
dilakukan treadmill test. Treadmill test lebih
sensitif dan spesifik dibandingkan dengan EKG istirahat dan merupakan tes
pilihan untuk menditeksi pasien dengan kemungkinan Angina Pektoris dan
pemeriksaan ini sarananya yang mudah dan biayanya terjangkau.
Pemeriksaan
alternatif lain yang dapat dilakukan adalah ekokardiografi dan tektik
non-invasif penentuan klasifikasi koroner dan atonomi koroner, computed tomography, dengan sensitifitas
dan spesifitas yang lebih tinggi. Di samping itu tes ini juga cocok untuk
pasien yang tidak dapat melakuka excercise,
dimana dapat dilakukan uji latihan dengan menggunakan obat dipyridamole atau dobutamine.
2.9
Pengobatan
Pengobatan
penyakit jantung koroner dapat diobati dengan vasodilator koroner yang
merupakan obat pilihan pertama dan zat-zat yang mengurangi kebutuhan jantung
akan oksigen (β-blokers dan antagonis kalsium).
A.Vasodilator
Koroner
Vasodilator
koroner memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukkan darah serta oksegen
dan dengan demikian meringankan kerja jantung.Pada seranga akut obat pilihan
utama adalah nitrogliserin (sublingual) dengan kerja pesat tetapi
singkat.Sebagai terapi interval guna mengurangi frekuensi serangan tersedia
nitrat long-acting (isosorbid-nitrat), antagonis Ca (diltiazem, verapamil), dan
dipiridamol.
a)
Nitrogliserin: gliseriltrinitrat,
trinitrin, Nitrostat, Nitroderm TTS (plester)
Trinitrat dari gliserol ini
sebagaimana juga nitrat lainnya yang berkhasiat relaksasi otot pembuluh,
bronchia, saluran empedu, lambung-usus dan kemih.Berkhasiat vasodilatasi
berdasarkan terbentuknya nitrogenoksida (NO) dari nitrat di sel-sel dinding
pembuluh. NO ini bekerja merelaksasi sel-sel ototnya, sehingga pembuluh,
terutama vena mendilatasi dengan langsung. Akibatnya, TD turun dengan pesat dan
aliran darah vena yang kembali ke jantung berkurang.Penggunaan oksigen jantung
menurun dan bebannya dikurangi.Arteri koroner juga diperlebar, tetapi tanpa efek
langsung terhadap myocard.
Penggunaannya peroral untuk
menanggulangi serangan angina akut secara efektif, begitu pula sebagai
profilaksis jangka pendek, misalnya langsung sebelum melakukan aktivitas
bertenaga atau menghadapi situasi lain yang dapat menginduksi serangan. Secara
intravena digunakan pada dekompensasi tertentu setelah infark jantung, jika
digoksin dan diuretika kurang memberikan hasil.
Resorpsinya dari usus baik, tetapi
mengalami FPE amat tinggi hingga hanya sedikit obat mencapai sirkulasi
besar.PP-nya k.l. 60%, plasma-t½-nya 1-4 menit.Di dalam hati dan eritrosit, zat
ini cepat dirombak menjadi metabolit kurang aktif dengan hasil akhir gliserol
dan CO2.Sebaliknya, absorpsi sublingual dan oromukosal cepat sekali
karena menghindari first pass metabolism (FPE). Efeknya sesudah 2 menit dan
bertahan selama 30 menit.Absorpsinya dari kulit (transkutan) juga baik, maka
digunakan pula dalam bentuk salep dan plester dengan pelepasan teratur.
Efek sampingnya berupa nyeri kepala
akibat dilatsi arterial yang sering kali membatasi dosisnya.Yang lenih serius
adalah hipotensi ortostatis dan smaput.Selain itu efek samping lainnya berupa
pusing-pusing, nausea, muka pucat. Untuk sediaan plaster transdermal bekerja
lama (sampai k.l. 24 jam) dan dapat menimbulkan iritasi kulit dengan rasa
terbakar dan gatal.
Dosis: pada serangan akut dibawah
lidah 0,4-1mg sebagai tablet, spray atau kapsul, jika perlu dapat diulang
sesudah 3-5 menit. Salep 2% (Nitro-bid) 3 dd7,5-30 mg pada dada, perut
atau lengan.
b)
Isosorbida-dinitrat : Isordil,
Sorbidin, Cedocard
Derivat-nitrat
siklis ini (1946) sama kerjanya dengan nitrogliserin, teteapi bersifat
long-acting. Di dinding pembuluh zat ini diubah menjadi nitrogenoksida (NO), yang mengaktivasi enzim guanilsiklase dan
menyebabkan peningkatan kadar cGMP (cyclo-guanilmonophosphate) di sel otot
polos dan menimbulkan vasodilatasi. Secara sublingual mulai kerjanya 3 menit
dan bertahan hingga 2 jam, secara spray masing-masing 1 menit dan 1 jam,
sedangkan oralmasing-masing 20 menit dan 4 jam (tablet retard 8-10 jam).
Resorpsinya
juga baik, tapi karena FPE besar,
BA-nya hanya k.l. 29%.PP-nya k.l. 30%, t½-nya 30-60 menit. Di dalam hati zat
ini dirombak pesat menjadi 2 metabolit aktif :isosorbida-5-mononitrat dan isosorbida-2-mononitrat
dalam perbandingan k.l. 4:1 dan t½ masing-masing kurang 4,5 dan 2 jam.
Dosis:pada
serangan akut atau profilaksis, sublingual tablet 5mg , bila perlu diulang
setelah beberapa menit. Interval : oral 3 dd 20 mg d.c atau tablet/kapsul
retard maks. 1-2 dd 80mg. Spray 1,25-3,75 mg (1-3semprotan).
Isosorbida-5-mononitrat(Ismo, Imdur, Mono-Cedocard) adalah derivat (1981)
dengan khasiat dan penggunaan sama. Obat ini terutama digunakan oral sebagai
profilaksis untuk mengurangi frekuensi serangan, juga secara oromukosal (tablet
retard).Ada kalanya juga oral pada dekompensasi yang dengan obat-obat lazim
kurang berhasil.
Dosis :
oral semula 3 dd 10 mg p.c., sesudah beberapa hari 2-3 dd 20 mg. Tablet retard
: 50-120 mg.
c)
Dipiridamol :Persantin,
Cardial.
Sebagai
penghambat fosfodiesterase, derivat-dipiperidino ini (1959) berdaya inotrop
positif lemah tanpa menaikkan penggunaan oksigen dan vasodilatasi,
juga terhadap arteri jantung.Penggunaannya terhadap angina kini dianggap
obsolet, karena kurang efektif.Begitu pula sebagai obat pencegah infark kedua
(bersama asetosal), berdasarkan kerja antitrombotiknya.Khusus digunakan
sebagai obat tambahan antikoagulansia pada bedah pengganti katup jantung untuk
mencegah penyumbatan karena gumpalan darah (tromboemboli).
Resorpsinya
dari usus bervariasi dengan BA-nya 30-65%.PP-nya diatas 90%, t½-nya 11 jam, di
dalam hati zat ini dirombak dan metabolitnya dikeluarkan bersama tinja setelah
peredaran enterohepatis.
Efek samping
: gangguan lambung-usus, nyeri kepala, pusing dan palpitasi yang bersifat
sementara.
Dosis :
pada angina oral 3 dd 50mg 1 jam a.c., pada bedah katup jantung : 4 dd 75-100mg
a.c.
B.β-Blokers
Zat-zat ini yang juga disebut antagonis
β-adrenoreceptor digunakan sebagai profilaksis terhadap angina, dengan pilihan
utama zat-zat kardioselektif atenolol dan metoprolol.Semua β-bloker harus
dihindari oleh penderita asma, karena dapat memprovokasi bronchospasm (kejang
cabang tenggorok).
Zat-zat ini memperlambat pukulan
jantung sehingga mengurangi kebutuhan oskigen myocard.Selain digunakan pada
hipertensi juga pada angina stabil kronis, berdasarkan efek kronotrop
negatifnya yang menyebabkan dikuranginya kebutuhan oksigen jantung pada
exertion, hawa dingin dan emosi.Secara sekunder juga penyaluran darah melalui
pembuluh koroner berkurang.
*
Blokade
reseptor β1 menurunkan frekuensi
jantung (efek kronotop negatif),
daya kontraksi (efek inotrop negatif)
dan volume menit jantung. Kecepatan penyaluran AV diperlambat dan TD
diturunkan.
*
Blokade
reseptor β2 dapat a.l menimbulkan bronchokonstriksi dan meniadakan efek
vasodilatasi dari katecholamin terhadap pembuluh darah perifer.
Penggunaannya selain pada hipertensi juga digunakan
pada :
a)
Angina stabil kronis, berdasarkan efek kronotop negatifnya yang
menyebabkan dikuranginya kebutuhan oksigen jantung pada exertion, hawa dingin dan emosi. Secara sekunder juga penyaluran
darah melalui pembuluh darah koroner berkurang. Semua β-bloker dapat digunakan pada angina kecuali zat-zat
dengan efek blokade-α1labetolol
dan carvediol, juga esmolol. Zat-zat dengan ISA, a.l pindolol dan alprenolol, kurang layak digunakan pada angina berat berhubung
penurunan frekuensi jantung dan efeknya dikurangi oleh aktivitas simpatik
intrinsiknya. Pada angia variant,
kerjanya tak konstan, yaitu dapat positif dan negatif, maka umumnya lebih
disukai antagonis-kalsium.
b)
Gangguan ritme, a.l fibrilasidan flutter
serambi, tachycardia supraventrikuler. Terutama sebagai obat tambahan, bila
glikosida jantung tunggal kurang menghasilkan efek. β-bloker dianggap antiaritmika kelas II, kecuali sotalol yang termasuk kelas III.
· Sotalol: Sotacor
Derivat-sulfonanilida
ini (1974) adalah β-bloker satu-satunya yang berkhasiat antiaritmika kelas III.Berhubung efek sampingnya lebih ringan daripada
amiodaron, maka zat ini lebih disukai pada terapi aritmia serambi dan
bilik.Disamping itu, sotalol juga digunakan pada hipertensi dan angina
pectoris.Tidak berdaya lokal anestetik, juga tidak memiliki ISA, atau sifat
kardioselektif.
Resorpsinya
praktis lengkap, PP-nya ringan sekali karena bersifat hidrofil, plasma-t½-nya rata-rata 14 jam.Hampir tidak dirombak dalam
hati, eksresinya berlangsung terutama lewat kemih secara utuh.
Dosis :
aritmia, oral 2 dd 80mg a.c., berangsur-angsur dinaikkan sampai maks. 2 dd
160mg. Hipertensi dan angina 1 dd 160mg.
C.Antagonis-CA
Banyak
digunakan dalam terapi angina dan memiliki lebih sedikit efek samping serius
dibandingkan dengan β-bloker.Zat-zat ini memblokir calcium-channels di otot polos arterial dan menimbulkan relaksasi
dan vasodilatasi perifer.Tekanan darah arteri dan frekuensi jantung menurun (efek kronotrop negatif), begitu pula
penggunaan oksigen pada saat mengeluarkan tenaga (exertion).
Selain
itu pemasukkan darah diperbesar karena vasodilatasi
myocard, hingga efek inotrop
negatifnya hanya ringan atau hilang sama sekali. Senyawa dihidropiridin
terutama digunakan pada hipertensi.Pada angina ternyata zat ini juga efektif,
khususnya nifedifin.Nifedifin termasuk berkhasiat vasodilatasi kuat dengan
hanya kerja ringan terhadap jantung.Efek inotrop negativenya ditiadakan oleh
vasodilatasi, bahkan frekuensi jantung serta cardiac output justru dinaikkan
sedikit a.l. turunya afterload, yaitu volume darah yang dipompa keluar jnatung
ke aorta.
a)
Nifedipin
:Adalat/Retard/Oros,
Nif-ten
Dihidropiridin pertama ini (1975)
terutama berkhasiat vasodilatasi kuat dengan hanya kerja ringan terhadapan
jantung.Efek inotrop negatifnya ditiadakan oleh vasodilatsi, bahkan frekuensi
jantung serta cardiac output justru dinaikan sedikit akibat a.l. turunnya
afterload yaitu darah yang dipompa keluar jantung ke aorta.Dosis : angina dan
hipertesi pagi hari 30mg tablet retard, berangsur-angsur naikan sampai 1 dd
120mg.
b)
Verapamil:Isoptin/SR
Rumus kimia senyawa-amin ini (1993)
mirip papaverin.Khasiat vasolidatasinya tidak sekuat nefedipin dan derivatnya,
tetapi efek inotrop negatifnya lebih besar.Senyawa ini jangan digunakan
bersamaan dengan β-blocker atau kinidin, karena menyebabkan kumulasi efek
introp negatif.
Bekerja kronotrop negatif ringan dan
memperlambat penyaluran impuls AV. Digunakan pada angina variant/stabil
hipertensi dan aritmia tertentu (a.l. tachycardia supraventrikuler, fibrilasi
serambi).
Dosis
: angina variant/stabil, aritmia dan hipertensi ; oral semula 3-4 dd 80mg,
pemeliharaan 4 dd 80-120mg; tablet SR (Slow Release): 1-2 dd 240mg
c)
Diltiazem:tildiem, herbesser
Derivat
benzothiazin ini berkhasiat vasodilatasi lebih kuat dari pada verapamil, tetapi
efek inotrop negatifnya lebih ringan. Penggunaannya sama dengan verapamil pada
angina variant/stabil, hipertensi dan aritmia tertentu. Daya kerjanya terletak
antara nifedipin dan verapamil serta sering kali digunakan dalam terapi angina,
karena tidak menimbulkan tachycardia.
Dosis:
angina dan hipertensi semula oral 3-4 dd 60mg, maks. 3 dd 120mg. Aritmia: i.v.
1 dd 0,25-0,3mg /kg dalam 2 menit.
D. Zat-zat tersendiri
1) Asam asetilsalisilat
: Acetosal, Aspirin, Aspilet
Di
samping khasiat analgetis dan anti-radangnya (pada dosis tinggi) obat anti-nyeri
tertua ini pada dosis rendah berkhasiat merintangi penggumpalan trobosit.Dewasa
ini acetosal adalah obat yang paling banyak digunakan dengan efek terbukti pada
prevensi trobosis arteri.Sejak akhir tahun 1980an asam ini mulai banyak
digunakan untuk prevensi sekunder dari infark otak dan jantung.Resikonya
turunkan dan jumlah kematian karena infark kedua dikurangi sampai 25%.
Keuntungannya banyak dibandingkan antikoagulansia untuk indikasi ini, antara
lain kerjanya cepat sekali dan dosisnya lebih mudah diregulasi. Lagipula pasien
tidak perlu dimonitir waktu protrombin dalam darahnya dan tidak perlu mentaati
skema pentakaran yang rumit.Penggunaan kombinasi acetosal denagn
antikoagulansia setelah infark jantung ternyata bermanfaat.Misalnya terapi
dimulai dengan acetosal untuk kerja cepat dan dilanjutkan beberapa minggu
kemudian dengan warfarin dan sebagainya.
Mekanisme
kerja : hambatan agregasi trombositnya berdasarkan inhibisi pembentukan
tromboksan-A2 (TxA2) dari asam arakidonat yang dibebaskan dari senyawa-senyawa
denagn fosfolipida (dalam membrane sel) oleh enzim fosfolipase. Asetosal
mengasetilasi secara irreversible dan dengan demikian menginaktifvir enzim
cyclo-oxygenase-I, yang umumnya mengubah arakidonat menjadi endoperoksida.TxA2
memiliki khasiat kuat menggunpalkan trombosit dan vasokontriksi.Dosis 30-100mg
sehari sudah cukup efektif untuk menginaktivir COX tanpa menghalangi produksi
prostacyclin (PgI2).
Efek
samping : yang terkenal adalah sifat merangsangnya terhadap mukosa lambung
dengan resiko perdarahan, yang berkaitan dengan penghambatan pula prostacyclin
yang dibentuk oleh pembuluh. PgI2 ini mencegah sintesa TxA2 dan bersifat menghambat
kuat agresi trombosit.
Dosis
: prevensi sekunder infark otak/jantung 1 dd 100mg p.c, pada infark jantung
akut 75-160mg sebelum infuse denagn streptokinase, pada angina pectoris 1 dd
75-100mg.
2) Clopidogrel : Plavix
Efek samping :
terpenting adalah perdarahan yang dapat terjadi di seluruh tubuh (saluran cerna
dan nafas, hidung, mata, kulit) sering trejadi gangguan lambung usus. Dosis :
dewasa 1 dd 75mg a.c/p.c.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit
Jantung koroner adalah penyakit jantung yang menyangkut gangguan dari pembuluh
darah koroner yang dalam mengenal dan menanganinya membutuhkan perhatian serta
pengenalan dari faktor resiko yang ada pada penderita serta tindakan yang
segera dapat diambil terhadap penderita tersebut dalam waktu yang singkat agar
tidak terjadi komplikasi yang dapat membawa akibatyang tidak di inginkan.Dengan
memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan infark miokard dapat ditanggulangi
sehingga terhindar dari komplikasi yang lebih buruk.Berbagai jenis pengobatan
sudah dikembangkan sampai saat ini, hanya penggunaannya perlu mendapat
perhatian sesuai dengan subset klinik yang dihadapi.
Actylase suatu obat baru jenis recombinant human tissue-type
plasminogen activator (rt-PA) merupakan obat yang dapat menolong penderita
infark miokard akut dalam waktu yang tepat.Penggunaan obat-obat serta tindakan
medis yang ada saat ini diharapkan dapat memperpanjang umur penderita PJK.
3.2 Saran
Penyakit
jantung koroner merupakan penyakit yang membayakan untuk itu disarankan untuk
melakukan pencegahan sedini mungkin agar tidak terjadi penyakit jantung
koroner.
Langganan:
Postingan (Atom)