Rabu, 26 Oktober 2011

FLU BURUNG

3.1 Penyakit Flu Burung

Flu burung (bahasa Inggris : avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Awalnya, dijumpai di Italia 1878 pada itik liar sebagai reservoir (penampungan virus). Penyakit influenza yang menyerang manusia dan hewan ini kemudian menjadi zoonosis pada 1997 di Hong Kong, dengan virus penyebab subtipe H5N1. Di Asia, flu ini ditemui bersubtipe H9N2. Sementara, di Belanda bersubtipe H7N7.
Di Indonesia pada  21 Januari 2004 Dirjen Perternakan sebagai pengemban Veterinary Medical Authority atau Otoritas Veteriner pada Departemen Pertanian menetapkan bahwa telah terjadi wabah penyakit flu burung pada unggas di Indonesia.
Penetapan itu disusul dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian no.96/kpts/pD.620/2/2004 tanggal 4 Februari 2004 mengumumkan bahwa telah terjadi wabah penyakit flu burung pada unggas di delapan kota di Indonesia serta diberlakukannya pencegahan penyakit hewan menular sesuai dengan Staatsblad 1912 no.432. Menteri Pertanian periode Oktober 2004 mencabut Staatsblad 1912 no.432 dan menggantinya dengan Tim Tanggap Darurat Flu Burung, tetapi tidak melibatkan pihak – pihak yang memiliki Kewenangan Medis Veteriner sebagai ketuanya sehingga terjadilah berbagai kontroversi dalam penanggulangan flu burung di Indonesia.
Berbeda dengan flu burung pada manusia, sesudah Iwan dengan kedua putrinya dinyatakan menderita flu burung pada Juli 2005 oleh laboratorium rujukan WHO di Hong Kong, pada 19 September 2005 Menteri Kesehatan mengumumkan bahwa penyakit flu burung berstatus di Indonesia berstatus Kejadian Luar biasa (KLB) dengan Surat Keputusan no. 1372/MENKES/SK/IX/2005. Walaupun flu burung di Indonesia berstatus KLB, Menteri Kesehatan memberlakukan UU no.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular-meski tidak secara spesifik ada penekanan kata “pada manusia”. Mengapa ini menjadi penting? Karena pada dasarnya yang disebut Kejadian Luar Biasa adalah flu burung yang mengenai manusia. Sementara flu burung pada unggas sudah berstatus wabah bahkan telah menjadi pandemi.
Flu burung yang bersifat zoonosis memiliki sifat khusus. Virus H5N1 dari HPAI (Hight Pathogenic Avian Influenza) di samping menyerang unggas juga menyerang manusia dengan morbiditi rendah, tapi dengan morbiditi sangat tinggi. Sejak virus H5N1 dijumpai pertama kali pada unggas di Indonesia (Agustus 2003), dalam kurun waktu 3 tahun virus ini telah mengalami mutasi minor yang menyebabkan penyakit pada unggas sendiri dan mengalami penurunan dalam virulensinya (pathogenitasnya). Virus H5N1 dijumpai pula pada peternakan sektor 3 dan 2 tanpa menunjukkan gejala, tetapi hanya menunjukkan penurunan produksi atau dapat disebut gejala seperti LPAI (Low Pathogenic Avian Influenza)-tetapi masih mampu menular ke manusia.
Virus flu burung H5N1 strain Indonesia ini memiliki keistimewaan, antara lain dapat hidup pada manusia, ditularkan antarunggas, dari unggas ke manusia dan belum dapat ditularkan antarmanusia, tetapi dapat ditularkan kembali ke unggas secara laboratoris. Oleh karena itu, walau dapat menyerang manusia, virus H5N1 strain indonesia tetap merupakan virus yang hidup di unggas.

3.2 Penyebab Penyakit Flu Burung


Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk dan dapat menyebabkan wabah yang global. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

            Pada hewan terdapat jenis yaitu H1-H5 dan N1-N98. Sedangkan pada manusia terdapat jenis yaitu H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Hal ini menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.

3.3 Gejala Penyakit Flu Burung

Masa inkubasi virus adalah 1-7 hari dimana setelah itu muncul gejala-gejala seseorang terkena flu burung adalah dengan menunjukkan ciri-ciri berikut :
  1. Menderita ISPA,
  2. Batuk,
  3. Nyeri otot,
  4. Sakit kepala,
  5. Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius),
  6. Sakit tenggorokan yang tiba-tiba,
  7. Mengeluarkan ingus,
  8. Lemas mendadak,
  9. Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian.
Penderita yang diduga mengidap virus Flu burung disebut penderita suspect flu burung dimana penderita pernah mengunjungi peternakan yang berada di daerah yang terjangkit flu burung, atau bekerja dalam laboratorium yang sedang meneliti kasus flu burung, atau berkontak dengan unggas dalam waktu beberapa hari terakhir.
Mengingat gejala Flu burung mirip dengan flu biasa, maka tidak ada yang bisa membedakan flu burung dan flu biasa. Jika ada penderita yang batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka disarankan untuk segera mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat

3.4 Penularan Penyakit Flu Burung

Di berbagai penyakit zoonosis, memang ada perbedaan penularan dari hewan ke manusia. Ambil contoh HIV/AIDS yang menular dari hewan ke manusia melalui makanan atau foodborne disease, sementara antarmanusia sendiri penyakit ini menular melalui pertukaran darah atau lewat hubungan seksual.
Sementara, penularan pada flu burung berlangsung lewat aerosol droplet dan bukan airbone disease murni. Juga bukan floodborne disease atau melalui makanan.
Masa inkubasi antara 1-7 hari, tapi biasanya hanya 1-3 hari mulai dari yang ringan sampai yang akut. Pada kondisi akut akan terjadi perubahan di bronchus (saluran napas). Dalam kurun waktu 16 jam infeksi bronchus sudah mengalami necrosis (kematian pada jaringan). Dalam 24 jam kemudian infeksi virus sukar diidentifikasi. Bila tidak terjadi kematian pada hari ke-9 kondisi pulih kembali meski terjadi gangguan reproduksi serta gangguan produksi lainnya.

 3.5 Pencegahan Penyakit Flu Burung

Pencegahan terhadap penyakit flu burung dapat dilakukan pada manusia dan hewan  sebagai berikut :
1.   Pada manusia
a.    Tidak perlu khawatir dan cemas yang berlebihan karena penyebab flu burung adalah virus yang mudah mati karena panas, sinar matahari, dan desinfektan.
b.   Kebersihan lingkungan harus terjaga dan menyemprotkan bahan desinfektan (anti hama).
c.    Mencuci tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau produk unggas.
d.   Melindungi diri dan keluarga dari kontak langsung dengan unggas, terutama yang terlihat sakit.
e.    Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup.
f.    Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya).
g.   Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.
h.   Segera laporkan kepada aparat apabila menemukan unggas yang sakit atau mati mencurigakan.

2.   Pada hewan

a.    Membersihkan kandang setiap hari dan menyemprotkan bahan desinfektan untuk seluruh peralatan yang digunakan dalam peternakan.
b.   Meletakkan kandang peternakan jauh dari permukiman penduduk dan mengusahakan jauh dari peternakan babi.
c.    Menempatkan peralatan kandang jauh dari saluran air yang biasa digunakan unggas.
d.   Penjagaan ayam ternak harus dikelilingi pagar dan ditutup rapat untuk menjaga keluar masuknya orang yang tidak berkepentingan.
e.    Penjagaan ayam ternak untuk tidak menggunakan air yang mungkin digunakan oleh unggas liar lainnya.
f.    Perbaikan kandang mutlak diperlukan untuk mencegah masuknya unggas liar masuk.
g.   Berusaha untuk memberi makan ayam pada kandang tertutup, jangan ada makanan yang tercecer pada tempat terbuka untuk mengundang burung liar singgah.
h.   Ayam peliharaan ditempatkan dan dikelompokan berdasarkan umurnya.
i.     Memberi pakan yang bersih dan sudah didesinfeksi bagi karyawan yang menangani ayam ternak. Lengkapi dengan masker untuk menghindari penularan flu burung dari unggas ke manusia.
j.     Ayam yang sakit atau mati harus dikeluarkan dibakar diinsenator, jangan keluar peternakan. Dan laporkan ke pihak berwenang untuk mencegah penularan lebih lanjut.

3.6 Pengobatan Penyakit Flu Burung
























BAB IV

PENUTUP



4.1 Kesimpulan           

Zoonosis  adalah penyakit yang secara alamiah dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia. Salah satunya penyakit yang bersifat zoonosis adalah flu burung. Flu burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk famili Orthomyxoviridae.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi dan dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Oleh karena itu, berlaku hidup bersih dan sehat sangat berpengaruh pada kesehatan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya.

4.2  saran

4.2.1        Bagi Masyarakat


1. Bagi penderita flu burung disarankan untuk menuntaskan pengobatan, dan minum obat secara teratur guna mencapai kesembuhan, serta menyakini diri bahwa penyakit flu burng tersebut pasti bisa disembuhkan dan berprilaku sehat untuk mencegah penularan kepada orang lain.
2. Bagi keluarga penderita disarankan untuk memberikan pengwasan dan perhatian penuh terhadap pola pengobatan yang dilakukan penderita serta memberikan dukungan moral kepada penderita.
3. Bagi masyarakat luas disarankan untuk memberikan dukungan moral kepada penderita,menjaga kebersihan diri dan lingkungan supaya terhindar dari penularan penyakit flu burung.

Disarankan kepada seluruh petugas dinas kesehatan agar lebih seris lagi dalam menangani pengobatan penderita flu burung dengan lebih meningkatkan koordinasi dengan petugas kesehatan, untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan flu burung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar